ORIENTASI NILAI BUDAYA MENURUT INDVIDU MODERN, DARI KERANGKA KLUCKHOHN

 

YANSES KALA’ IRI’

 19310410046

DOSEN: Dra. ARUNDITA SHINTA, MA. / Amin Nurohmah, S.Pd., M.Sc

Artikel ini dibuat untu memenuhi Tugas Ilmu Budaya Dasar, Prodi Psikologi, Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta.

Masyarakat modern tidak bisa dipisahkan dari perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan. Kehidupannya pun sudah lebih terarah atau tertata ke masa kini. Apa yang dimaksud dengan masyarakat modern? Masyarakat modern merupakan masyarakat yang sudah tidak terikat pada adat-istiadat. Adat-istiadat yang menghambat kemajuan segera ditinggalkan untuk mengadopsi nila-nilai baru yang secara rasional diyakini membawa kemajuan, sehingga mudah menerima ide-ide baru (Dannerius Sinaga, 1988: 156). Jadi masyarakat modern merupakan yang sudah tidak terpaku pada adat-istiadat dan cenderung mempunyai solidaritas organis karena mereka saling membutuhkan serta hukum yang ada bersifat restruktif. Dalam masyarakat modern terdapat individu modern.

Masyarakat modern merupakan golongan masyarakat yang orientasi hidup dan nilai budayanya lebih terarah di masa kini. Dewasa ini kita pasti tahu budaya itu adalah Secara etimologis kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta “budhayah”, yaitu bentuk jamak dari budhi yang berarti budi atau akal. Sedangkan ahli antropologi yang memberikan definisi tentang kebudayaan secara sistematis dan ilmiah adalah E.B. Tylor dalam buku yang berjudul “Primitive Culture”, bahwa kebudayaan adalah keseluruhan kompleks yang di dalamnya terkandung ilmu pengetahuan lain, serta kebiasaan yang didapat manusia sebagai anggota masyarakat. Pada sisi yang agak berbeda (Pasaribu, 2016).

Apa nilai budaya itu? Sistem nilai adalah nilai inti (core value) dari masyarakat. Nilai inti ini diakui dan dijunjung tinggi oleh setiap manusia di dunia untuk berperilaku. Sistem nilai ini menunjukkan tata-tertib hubungan timbal balik yang ada di dalam masyarakat. Sistem nilai budaya berfungsi sebagai pedoman tertinggi bagi kelakuan manusia (Koentjaraningrat, 1981 dalam Pasaribu, 2016). Sistem nilai budaya ini telah melekat dengan kuatnya dalam jiwa setiap anggota masyarakat sehingga sulit diganti atau diubah dalam waktu yang singkat. Sistem budaya ini menyangkut masalah-masalah pokok bagi kehidupan manusia.

Sistem nilai budaya ini berupa abstraksi yang tidak mungkin sama persis untuk setiap kelompok masyarakat. Mungkin saja nilai-nilai itu dapat berbeda atau bahkan bertentangan, hanya saja orien-tasi nilai budayanya akan bersifat universal, sebagaimana Kluckhohn (1950) dalam Pasaribu 2016 sebutkan. Menurut Kluckhohn, sistem nilai budaya dalam masyarakat di manapun di dunia ini, secara universal menyangkut lima masalah pokok kehidupan manusia, yaitu:  Hakekat Hidup (MH), Hakekat Karya (MK), Persepsi Manusia tentang Waktu (MW), Pandangan Manusia terhadap Alam (MA), dan Hakekat Hubungan Manusia dengan Sesamanya (MM).

Berikut merupaka orientasi nilai budaya yang ada pada individu modern:

1. Hakekat Hidup, Hidup Sukar tapi harus diperjuangkan. Contoh: Orang yang selalu optimis dalam hidupnya, dan berfikir bahwa hidup itu pilihan.

2. Hakekat Karya, Mempertinggi prestise. Contoh: Bekerja untuk beramal menolong orang lain yang kurang beruntung atau untuk menghasilkan karya-karya agung.

3. Persepsi Manusia Tentang Waktu, Orientasi ke masa depan. Contoh: Menabung untuk masa depan.

4. Pandangan Manusia Terhadap Alam, Menguasai alam.

Contoh: Ilmuan mengembangkan tanaman padi yang tahan terhadap kekeringan ataupun terhadap banjir. Pekerjaannya tidak bergantung pada alam dan bersifat heterogeny, Mata pencaharian masyarakat modern tidak hanya berasal dari satu sektor saja, melainkan juga dari banyak sektor lainnya. Selain itu, masyarakat modern sudah tidak lagi bergantung langsung pada alam, yang mana hal ini masih dijalani oleh masyarakat tradisional. Contohnya masyarakat tradisional bercocok tanam untuk kebutuhan konsumsinya, masyarakat modern mengolah bahan pangan (seperti beras, daging, susu) untuk kebutuhan konsumsinya (Putri, 2021).

5. Hakekat Hubungan Manusia Dengan Sesamanya, Individual.

Contoh: Selalu menganggap bahwa hal yang dilakukanya adalah yang terbaik. Sikap individualistis sangat melekat pada masyarakat modern. Sebaliknya, sikap kolektif masih melekat erat pada masyarakat tradisional. Alasannya karena masyarakat modern lebih banyak mementingkan kepentingannya sendiri dibanding kepentingan umum. Contohnya kurang menjalin komunikasi dengan orang sekitarnya, tidak peduli terhadap orang lain, menganggap jika pendapatnya harus selalu didengar dan dituruti.  Adanya stratifikasi sosial Dalam masyarakat modern, stratifikasi sosial atau pembagian kelas sosial berdasarkan ekonomi terlihat dengan jelas. Pembagian kelas sosial ini memperlihatkan dengan jelas adanya kesenjangan sosial antara si kaya dan si miskin. Contohnya dari segi permukiman, penghasilan, gaya berpakaian, penggunaan alat komunikasi, dan lain-lain (Putri, 2021).


SUMBER

Dannerius Sinaga. (1988). Sosiologi dan Antropologi. Klaten: PT. Intan Pariwara.

Pasaribu, R. B. (2016). Kebudayaan dan Masyarakat. Tersedia secara online di: http://eprints. dinus. ac. id/14516/1/[Materi] _Bab_04_kebudayaan_dan_masyarakat. pdf [diakses Yogyakarta, Indonesia: 26 oktober 2021].

Putri, V K M. (2021). CIRI-CIRI MASYARAKAT MODERN. https://www.kompas.com/skola/read/2021/03/23/131347369/ciri-ciri-masyarakat-modern. Diakses 26 0ktober 2021

GAMBAR

https://images.app.goo.gl/PTrJMt54VH1D9Uuk7 (diakses 26 oktober 2021)


Komentar

Postingan populer dari blog ini

TEORI OPERANT-REINFORCEMENT B.F. SKINNER

TEORI KEPRIBADIAN ABRAHAM MASLOW